Bagaimanakah Sekarang Nasib Pemain Eks-SAD Indonesia???
source : Alan Nur Maulana Yusuf
SAD Indonesia atau sekarang dikenal sebagai Deportivo Indonesia adalah salah
satu program pembinaan usia dini PSSI era Nurdin Halid secara instan dengan
mengirimkan puluhan pemain hasil seleksi didikan dalam negeri (Liga Pendidikan
Indonesia) ataupun pemain rekomendasi dari talent scout untuk belajar sepakbola
di negeri dua kali juara Piala Dunia, Uruguay, selama 4 tahun. Program ini
dimulai pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2012 dengan keterangan akan
diperpanjang jika program ini berhasil.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, program ini kembali dilanjutkan dengan
kemudian diambil oleh Keluarga Bakri (yang memang menjadi penyandang dana sejak
awal program) dan berganti nama menjadi Deportivo Indonesia pada tahun 2012.
Para pemain yang berada di SAD ini mengikuti kompetisi U-17 dan U-19 di
Uruguay.
Sistem pemilihan pemainnya adalah promosi dan eliminasi, dimana setiap tahun
dimulai tahun 2009 ada pemain yang tereliminasi dan promosi yang dilihat
berdasarkan perkembangan pemain. Sampai saat ini SAD sudah mempunyai dua
generasi yang awalnya generasi Syamsir Alam dkk dan generasi sekarang yang saya
tidak tahu “marquee player” nya siapa . selain itu SAD sekarang juga
mempunyai dua tim yaitu Tim U-19 dan U-17.
Saya cukup mengamati perkembangan tim ini dan juga beberapa pemainnya. Namun,
seiring berjalannya waktu, saya meragukan keberhasilan program ini karena
output yang ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu “Munculnya
pemain Indonesia kelas dunia yang bermain di klub-klub eropa serta Amerika
Latin”.
Sekian prolog dari saya, ini murni elaborasi yang saya buat sendiri, selebihnya
silahkan cek di google. Sekarang langsung ke inti topik, mungkin agan-agan di
padepokan ini bisa membantu saya mencari jejak-jejak alumni SAD generasi
pertama (2008-11) yang mulai hilang dan sulit mencari informasi yang valid
karena konflik PSSI tahun 2011 lalu atau mungkin karena pemain-pemain ini tidak
cukup terkenal sehinga jarang muncul di media. Tahukah anda semua kemanakah
pemain-pemain ini?
1. Reffa Money, tahun 2011 dikabarkan hijrah ke Persis Solo bersama alumni SAD
yang lain. Pemain ini dulu pernah dianggap sebagai palang pintu masa depan
timnas dan pernah training di CA Penarol U-19. Kemanakah sekarang dia?
2. Tri Windhu Anggono. Mantan Kiper Terbaik Liga U-19 Uruguay ini satu nasib
dengan Reffa, hijrah ke Persis Solo lalu sekarang menghilang. Kemanakah sekarang
dia?
3. Feri Firmansyah. KATANYA “Andrea Pirlo-nya Indonesia”, pernah training di
klub kenamaan Amerika Latin, Universidad de Chile awal tahun 2012. Kemanakah
sekarang dia?
4. Alan Martha, terakhir dicoret oleh SAD tahun 2011 karena alasan tinggi badan.
Duet sehati Syamsir Alam. dan terombang ambing di klub IPL seperti Jakarta FC
dan Persepar Palangkaraya. Info terakhir ada di Persepam MU. Kemanakah sekarang
dia?
5. M. Zainal Haq. Sudah bermain di Penarol sejak 2010 dan sempat bermain baik
dan diperpanjang kontrak. Namun, karirnya di Amerika Latin hancur lantaran
cedera. Kabar terakhir yang berasal dari twitternya bulan mei lalu, ia berada
di Surabaya. Kemanakah sekarang dia?
6. Julian Hotzel. Salah satu pemain blasteran yang di promosikan ke SAD tahun 2010.
Sempat heboh karena batal seleksi di Persebaya 1927 karena “dipaksa” bergabung
dengan Pelita Jaya FC. Kemanakah sekarang dia?
Kemudian pemain SAD generasi pertama SAD lainnya yaitu, Randy Chandra (Eks
Persis Solo 2011-12), Saralim Souwahu (Eks Pro Duta 2010-12), Ferdiansyah (Info
terakhir di Persita Tanggerang), Yoewanto Stya Beny (Info Terakhir di Arema
Cronous U-21), Rinaldi Gunapradiptha (Super Sub), Novri Setiawan, Achmad Resal
Octavian, Aris Wahyu Nugroho, Ismail Marzuki, Imam Agus Faizal, dan David
Lionel Paul. Kemanakah sekarang mereka?
Sedikit info, pemain eks SAD yang sudah mulai mapan di klub nya dan terlihat
potensinya bahkan sudah bisa menembus timnas adalah pemain-pemain yang justru
di eliminasi oleh SAD rentang tahun 2009-12. Yaitu kwartet Pelita Bandung Raya,
Rizky Pellu, Dolly R. Gultom, Mokhammad Syaifudin (UDC Chile 2012), dan M.
Arsyad. M. Abduh Lestaluhu di Persija Jakarta, Sedek Sanaky (Jakarta FC), dan
Teja Paku Alam (Sriwijaya FC U-21). Lalu ada Vava Mario Yagalo, pemain SAD generasi
pertama yang saat ini masih membela Deportivo Indonesia. Serta pemain-pemain
yang harus merintis karir di Indonesia bersama klub medioker seperti Ridwan
Awaludin (PS Bangka) dan Taji Prasetyo (Persikad Depok). Bahkan pemain yang
TIDAK LULUS SELEKSI SAD pun bisa mentereng sekarang seperti Arthur Irawan (RCD
Espanyol , dan Bayu Gatra (Persisam Samarinda)
Sementara itu pemain-pemain yang sempat malang melintang di eropa dan Amerika
Latin hanya Alfin Tuassalamony (CS Vise) saja yang sudah bisa dikatakan layak
bersaing dengan pemain-pemain kelas dunia. Sementara duo Vise lainnya yang
sempat bermain di Penarol yaitu Manahati Lestusen, dan Abdulrahman Lestaluhu
masih perlu upaya keras untuk menembus tim utama. Duo eks Vise lainnya yang dua
tahun menimba ilmu di Belgia yaitu Yericho Cristiantoko (KATANYA Roberto
Carlos-nya Indonesia) dan Yandi Sofyan Munawar bergabung dengan Arema Indonesia
awal 2013 kemarin dan tidak juga berhasil menembus tim utama. Yericho malah
dipinjamkan ke salah satu klub ISL yang berdomisili di Kaltim.
Syamsir Alam?? Pemain yang sering heboh di media ini yang KATANYA skill nya
menyamai C. Ronaldo dan Lionel Messi, sewaktu U-14 pernah Training di Klub
Belanda, tahun 2011 direkrut CA Penarol U-19, tahun 2012 bermain untuk klub
bakri CS Vise, dan akhir 2012 terbang ke Washington untuk bergabung dengan DC
United. Seharusnya dengan pengalaman yang dimilikinya ia bisa bersaing dengan
pemain-pemain di DC United. Tapi Kenyataannya? Jawab sendiri saja.
Ya, saya khwatir SA hanya menjadi alat pencitraan media dari salah satu
konglomerat negeri ini dan kepindahannya ke klub-klub amerika latin, eropa, dan
USA hanya “pesanan”. Well, siapa yang tau, mungkin skill nya memang bagus
sehingga dilirik klub-klub tersebut namun belum bisa kita terlihat karena
berbagai problem internal SA. Kabar terakhir, saya menemukan secercah harapan
terhadap alumni SAD ini ketika musim depan memutuskan bergabung dengan
Sriwijaya FC. Menurut saya lebih baik bermain di klub ISL/IPL/DU tapi disiplin,
konsisten, dan tidak mudah mengeluh layaknya Rizky Pellu dan Abduh Lestaluhu,
dibandingkan dengan bermain di klub Top Eropa tapi hanya manis di media saja.
Mohon bagi yang tahu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya pada tulisan
ini. #KemanakahMereka?
Regards
Pecinta Sepakbola Tanah Air
Sumber: pengetahuan, twitter, media online
No comments