Ditengah kisruh pengurus PSSI dengan insan sepak bola lainnya, ditambah pula dengan hadiah gol sebanyak 10 butir dari Bahrain menjadi puncak kekecewaan publik sepak bola tanah air. Kekecewaan itu dapat dibaca dari sejumlah tulisan kompasianer yang mengungkapkan kegemasannya dengan kalimat-kalimat yang sangat pedas.
Rupanya, sepak bola bukan hanya menjadi perhatian rakyat jelata, seorang presiden pun gemas melihat perkembangan sepak bola nasional sejak dahulu. Presiden juga manusia, dia juga menyukai cabang olah raga paling populer di dunia itu. Bagaimana kita ketahui bahwa seorang presiden begitu gemas melihat kemunduran sepak bola nasional?
Sekitar 15 tahun yang lalu, tepatnya saat PSSI sedang merayakan HUT-nya yang ke-66, para pengurus PSSI menyerahkan penghargaan bola emas Adiraga Tulada kepada Presiden Soeharto. Meskipun sudah memperoleh penghargaan dari PSSI, ternyata induk organisasi sepak bola itu tetap mendapat sindiran pedas dari jenderal besar itu.
Apa bunyi sindiran The Smiling General itu? Pak Harto mengatakan: “Indonesia berpenduduk 200 juta orang, masak untuk membentuk tiga kesebelasan yang tidak mencapai seratus orang saja tidak bisa. Wong di Malaysia itu hanya 17 juta orang saja bisa diperoleh pemain yang ulung, unggul (Kompas, 20/4/1996).
Duh, meskipun Pak Harto tidak pernah menjadi atlet sepak bola, rupanya dia terus mengikuti perkembangan prestasi sepak bola nasional. Sindiran itu sebenarnya sebuah harapan terpendam dari seorang presiden kepada Timnas Sepak Bola yang miskin prestasi. Sayangnya, walaupun sudah disindir seperti itu, ternyata prestasi Timnas tidak pernah beranjak dari papan bawah sampai hari ini.
Prestasi yang berhasil diraih para pegiat sepak bola nasional hanya urusan “berantem” dan rebut merebut kepengurusan. Sementara itu, prestasi atlet terlupakan sehingga saat mengirim tim untuk bertanding ke luar negeri, yang terkirim adalah “ayam sayur” kemudian disate oleh tim negara lain. Sangat memalukan!
Kemarin, Senin (5/3), seorang presiden kembali menyindir pengurus PSSI. Sebagaimana disiarkan oleh sejumlah stasion televisi, Presiden SBY dari kantor kepresidenan mengatakan:
- Saya berharap saudara-saudara kita yang ada di kepengurusan PSSI itu mendengarkan suara rakyat, jangan melukai rakyat, jangan sibuk berantem. Masak nggak ada habis-habisnya. Carikan solusinya dengan baik.
- Rakyat ingin olah raga maju, dukungan kepada tim sepak bola juga tinggi, tiba-tiba harus menerima keadaan PSSI yang seperti ini.
- Saya pikir pemerintah tidak harus selalu ikut campur tangan. Kita kasih kehormatan kepada PSSI, utamakan kepentingan bangsa dan rakyat. Kalau ada konflik, ada statuta dari FIFA, jalankan!
- Kalau melakukan intervensi biasanya langsung di-baned, dibekukan, dilarang. Kita tidak ingin sepak bola di negeri di-baned oleh FIFA.
- SBY juga menyampaikan beberapa kali pernah mengintervensi PSSI, diantaranya urusan naiknya harga tiket pada pertandingan piala AFF yang lalu, terus saat terjadi dead lock diantara kepengurusan PSSI.
Pak Presiden, saya pikir PSSI perlu diintervensi lagi, soalnya para pegiat sepak bola di tanah air seperti anak TK yang sedang berebut permen. Kalau perlu, sepak bola ditangani oleh sebuah kementerian khusus dari pada ditangani oleh para “komentator” yang sibuk berdebat sementara prestasi Timnas anjlok total. Ayo Pak Presiden, sindiran kepada pengurus PSSI dijamin tidak mempan, Pak Harto yang nyindirnya begitu pedas saja dicuekin oleh mereka, apalagi sindiran santun dari Pak Presiden, bisa-bisa dianggap angin lalu.
by : Syukri M syukri
No comments