Bursa Transfer

Cat-2

Cat-3

Cat-4

» » » » » » Ir Soeratin Soesrosoegondo: Pahlawan Sepak Bola

Rapat Paripurna Nasional PSSI 2005 mengusulkan kepada pemerintah untuk mengangkat pendiri PSSI, Ir Soeratin Soesrosoegondo, sebagai pahlawan nasional (Kep/09/Raparnas/XI/2005). Siapa Soeratin? Dia perintis dan pendiri organisasi sepakbola di Indonesia (PSSI).



Soeratin lahir di Yogyakarta 17 Desember 1898. Ayahnya, R Soesrosoegondo, guru Kweek- school dan pengarang buku, antara lain Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, RA Srie Woelan, adalah adik kandung Dr Soetomo, tokoh pendiri Budi Utomo. Soeratin menamatkan KWS (Koningen Wilhelmina School) di Jakarta dalam waktu lima tahun. Tahun 1920 ia belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, tamat sebagai insinyur sipil tahun 1927 dan kembali ke Tanah Air 1928.



Sekembali dari Eropa, ia bergabung dengan perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda, antara lain membangun jembatan dan gedung di Tegal dan Bandung. Pada saat bersamaan, Soeratin merintis pendirian organisasi sepak bola tahun 1930.



Organisasi itu boleh dikatakan wujud Sumpah Pemuda 1928. Nasionalisme coba dikembangkan melalui olahraga sepak bola. Seperti ipar Soeratin, Dr Soetomo berkeliling Pulau Jawa menemui banyak tokoh dalam rangka menekankan pentingnya pendidikan, disusul pendirian Budi Utomo, Soeratin juga menemui tokoh-tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.



Pertemuan diadakan secara sembunyi untuk menghindari sergapan Intel Belanda (PID). Tanggal 19 April 1930, beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Istilah sepakraga diganti sepak bola dalam Kongres PSSI di Solo tahun 1950.



Pertemuan ini diwartakan harian Sediotomo (22/4/1930), "Djam 9 voorzitter PSM Toean Daslam boeka vergadering seperti biasa. Speker merasa gembira, bahwa ia poenja seroean boeat adakan satoe badan persatoean dari voetbal-bonden Indonesiers telah dapat perhatian penoeh. Ia pertjaja itu tjita-tjita sekali ini tentoe tidak gagal lagi. Lebih djaoeh diterangkan goenanja sport jang dalam pribahasa Djawa dipandang djoega kekoeatan akan tjapai kemadjoean bangsa."



PSSI lalu melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931 dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada pengurus, jika bertanding melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum organisasi selama 11tahun berturut-turut.



Jasa-jasa Soeratin



Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi amat sulit, rumahnya diobrak-abrik Belanda. Ia aktif dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Letnan Kolonel.



Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah seorang pimpinan DKA (Djawatan Kereta Api). Setelah sakit sekian lama dan tidak mampu menebus obat, ia meninggal tahun 1959 dalam kemiskinan. Rumahnya berukuran 4 x 6 meter di Jalan Lombok Bandung, terbuat dari gedhek (dinding bambu). Tidak ada yang ditinggalkan kecuali organisasi yang dicintai, PSSI.



Sepak bola yang langka ditulis dalam sejarah Indonesia, sebetulnya terkait nasionalisme dan integrasi bangsa sebagaimana dikatakan Freek Colombijn (The Politics of Indonesian Football, Archipel 59, Paris, 2000), "Football and society, or football and politics, are so interwoven that it would be possible to tell Indonesia’s recent history of integration, nationalism, and modernization in terms of the development of football."



Semula sepak bola berkembang di Inggris. Peraturan sepak bola diciptakan FA (Football Association) tahun 1863. Aston Villa adalah klub pertama yang memberlakukan karcis bayar masuk tahun 1874. Tahun 1904 berdiri federasi sepak bola sedunia, FIFA.



Di Hindia Belanda, klub pertama didirikan tahun 1895 oleh John Edgar di Surabaya. Di Padang, klub pertama dibentuk Padangsche Voetbal Club tahun 1901.



Klub di Hindia Belanda itu masih bersifat segregasi. Tiap kelompok ras memiliki klub yang juga bertanding sesama mereka (Eropa, Tionghoa, dan pribumi). Tahun 1921 di Padang ada liga yang menarik bayaran dari penonton (10 sen bagi pribumi, menonton sambil berdiri, 20 sen untuk "bukan pribumi", dan 50 sen dapat kursi). Belum ada stadion permanen, tetapi di sekeliling lapangan dipasang bambu.



Dalam konteks masa penjajahan, jasa Soeratin antara lain: pertama, ia berani menggunakan label Indonesia pada organisasi yang didirikan, bukan Hindia Belanda.



Kedua, pertandingan yang rutin dan periodik dilakukan antarklub pribumi antarkota merupakan realisasi Sumpah Pemuda 1928 sekaligus bagian proses penumbuhan integrasi nasional (hal sama menjadi tujuan PON setelah Indonesia merdeka).



Ketiga, tujuan organisasi persepakbolaan yang digagas dan diwujudkan adalah mencapai kedudukan yang setara dengan orang Eropa (juga Tionghoa).



Pengangkatan Soeratin sebagai pahlawan nasional diharapkan menjadi momentum guna membangkitkan kembali sepak bola di Tanah Air, yang suatu saat membuat prestasi membanggakan. (Asvi Warman Adam, Ahli Peneliti Utama LIPI Redaktur Pelaksana Majalah Sportif 1982-1983, Kompas 8 Juli 2006). ►e-ti

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

About the Author Muhammad Afdhal

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

No comments

Leave a Reply

Streaming

video

Sepak Bola

INTER Dalam Sejarah

Artikel Bebas