Bursa Transfer

Cat-2

Cat-3

Cat-4

» » » » Inter yang Pincang, Gamellagio dan Kegagalan Lolos ke Eropa


Pendukung Inter Milan dan Lazio diikat oleh apa yang disebut sebagaiGamellagio. Namun pertemuan kedua tim tersebut di tengah pekan ini berakhir pahit untuk Nerazzurri karena mereka kalah dan tak dapat tiket ke Eropa.

Gamellagio bisa diartikan sebagai persaudaraan antara Laziale dan Iteristi, yang sudah terjalin lebih dari 100 tahun dan diyakini akan terus langgeng sampai entah berapa tahun mendatang. Namun pertemuan antara keduanya di Giuseppe Meazza, Kamis (9/5/2013) dinihari WIB kemarin berakhir pahit buat tuan rumah. Inter, yang dalam beberapa hari terakhir santer dikabarkan akan diakuisisi oleh pengusaha Indonesia Erik Tohir, kalah 1-3 dan dipastikan tak dapat tiket ke Eropa musim depan.

Hasil laga tersebut sepertinya tidak akan mempengaruhi Gamellagio, persahabatan, antara supporter Inter Milan dan Lazio yang dikenal sudah sehati. Supporter Inter sadar betul, bahwa kekelahan beruntun timnya adalah karena mereka sendiri sedang merana karena ditinggal mayoritas pemain yang hanya bisa menonton laga dari ruang perawatan cedera.

Inter yang Pincang dan Lazio yang Komplet

Badai cedera yang melanda Inter Milan membuat nahkoda kapal yang dikendalikan pelatih Andrea Stramaccioni terus diombang ambing serangkaian hasil buruk dan setumpuk kekalahan. Dari lima pertandingan kandang terakhir di Serie A, Nerazurri harus menanggung malu lantaran kalah di Giussepe Meazza sebanyak empat kali dan hanya menang satu kali.

Menghadapi Lazio, Inter pincang. Tercatat 11 pemain utama mereka absen karena cedera. Pemain yang tampil di starting eleven dan bench pun tak 100% fit. Centerback Andrea Ranocchia yang baru sembuh dari cedera, dipaksakan tampil sejak menit awal mengisi kekosongan Christian Chivu yang kembali harus dibangkucadangkan akibat cederanya yang kembali kambuh. Absennya Chivu, membuat terjadi perubahan signifikan dalam formasi inter.

Dalam laga tersebut Inter hanya menyisakan dua pemain yang bertipikal centerback yakni Ranocchia dan Juan Jesus. Inter yang biasa menggunakan back-three (tanpa memakai fullback) terpaksa menerapkan back-four dengan menarik Álvaro Pereira dan Jonathan yang biasa berperan sebagai wingback posisinya ditarik mundur menjadi fullback.

Hal serupa terjadi di lini tengah, setelah secara silih bergantian pemain keluar masuk ruang perawatan. Kehilangan Javier Zanetti akibat cedera otot Achilles saat melawan Palermo, mampu ditebus Cambiasso yang baru pulih dari cedera sejak pertengahan bulan lalu. Kehadiran Cambiasso diharapkan Stramaccioni mampu membantu dua pemain anyar yang baru didatangkan di brusa transfer musim dingin lalu, Zdravko Kuzmanovic dan Mateo Kovacic. Badai cedera di Inter memang membuat sedikit keuntungan kepada dua pemain Balkan ini.

Di barisan depan, Inter lumpuh total. Dari empat striker yang dimiliki tinggal menyisakan satu penyerang veteran, hanya Tomasso Rocchi semata. Cassano, Milito, Palacio harus menonton pertandingan dari luar lapangan, juga akibat cedera. Kondisi ini tak ayal membuat beberapa pemain tengah seperti Ricky Alvarez dan Frdy Guarin dipaksa maju sebagai forward. Saat melawan Napoli minggu lalu, Inter bahkan tak memainkan satupun striker murni pada barisan penyerangnya.

Sementara itu di kubu lawan, perlahan tapi pasti, Beberapa pemain inti Lazio mampu lepas dari bebatan cedera. Lazio tampil komplet, dan hanya minus Stefano Mauri yang masih berkutat dengan masalah paha. Tak ada perubahan Lazio dari segi taktikal maupun starting line up. Semuanya 100 % sama saat Gli Aquilottimelululantahkan Bologna 6-0 di Olimpico minggu lalu.



Christmas Tree yang Dipaksa dan Tak Maksimal

Inter tadi malam memakai formasi christmas tree alias 4-3-2-1. Terakhir kali Strama memakai pola ini di Serie A adalah pada 23 september 2012 silam, saat inter ditaklukan 0-2 oleh Siena di Giussepe Meazza. Pola ini sebenarnya kurang klop dipakai oleh Inter, tercatat di musim sekarang sudah empat kali Inter menerapkan formasi favorit Carlo Ancelloti ini, apesnya dari 4 kali itu, 3 di antaranya harus menerima kenyataan pahit kalah di kandang sendiri.

Pola 4-3-2-1 Inter pada kenyataanya memang berkembang menjadi 4-2-3-1 saat menyerang dan 4-5-1 saat bertahan. Tetapi pada kenyataanya Inter tetap saja kalah dan bermain buruk khususnya saat menerima serangan balik. Tercatat tiga gol yang dicetak Lazio berasal dari kesabaran Lazio saat bertahan yang dikombinasikan dengan counter attack yang sangat cepat.



Pola christmas tree memang sesuai dengan kultur sepakbola italia yang senang dengan permainan menyempit serta menusuk kedalam. Hanya saja kekurangan formasi ini adalah mematikan pemain yang biasa bermain memanfaatkan lebar lapangan. Terbukti, peran Jonathan di sayap kanan dan Pereira sayap kiri tak memberikan efek begitu banyak kepada Inter. 

Keputusan Strama untuk menggunakan Christmas tree selain karena keterbatasan stok bek yang kosong, ia ingin tetap memaksimalkan kemampuan Jonathan dan Pereira. Sebenarnya peran fullback pada 4-3-2-1 dengan wingback pada 3-5-2 hampir sama; diberi tugas untuk menyisir garis lapang. Hal ini dikarenakan pada 4-3-2-1 dua gelandang serang didepan mereka yaitu Cambiasso [kanan] – Kuzmanovic [kiri] lebih difokuskan untuk lebih berperan di tengah bukan sayap. 

Keputusan terpaksa Stramaccioni dengan 4-3-2-1 akhirnya jadi blunder. Dalam pertandingan tersebut dua gol yang dicetak Lazio berawal dari serangan yang dibangun dari sayap kiri. Sangatlah terlihat bagaimana Pelatih Lazio Vladimir Petkovic memanfaatkan kelemahan Christmas tree yang lengan di sayap; Posisi dan keterlambatan Pereira dalam bertahan.



Lazio yang sabar dalam bertahan, memang memancing Pereira untuk maju terus kedepan menjaga jarak tak terlalu jauh dengan Kuzmanovic. Terlihat dalam grafis di atas. Dengan cerdik Petkovic menjebak Pereira diantara Candreva dan Abdoulay Konko. Kelemahan formasi christmas tree di posisi sayap dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Lazio, khususnya Candreva dengan posisi inverted winger-nya. 

Kelemahan ini sebenarnya bisa ditutupi Pereira asal dia mampu menjalankan fungsinya sebagai fullback dengan benar. Sering kali, Pereira malah terlalu maju kedepan dan enggan kembali mundur ke belakang. Ia mungkin lupa bahwa di lini belakang Inter tidak ada lagi tiga bek. Beberapa kali, Candreva berkeliaran bebas di area kiri Inter karena memang Pereira tertinggal jauh dibelakang.



Kesabaran Lazio dan Rapuhnya Lini Belakang Inter.

Lazio sebenarnya tak tampil baik-baik amat. Andaikan bek Inter tak melakukan blunder yang berakibat gol bunuh diri dan tendangan penalti, hasil akhir mungkin akan berpihak pada Inter. Dari segi ball possession dan jumlah passing Lazio kalah jauh dari Inter, hanya saja Lazio mampu bermain efektif, tak lama-lama memegang bola dan langsung melakukan longball untuk memulai serangan balik. Hal itu tergambar dalam Chalkboard passing Lazio di babak pertama di bawah ini.


Sejak menit-menit awal, Lazio main lebih defensif. Dari menit 1-15, back-four Lazio [Loric Cana-Dias-Radu-Konko] berusaha menarik garis pertahanan mereka ke posisi tengah di luar areal pertahanan, pressing ketat yang dilakukan barisan penyerang [Klose-Floccari] dan tengah [Hernanez-Ledesma] membuat Inter lebih banyak mengontrol bolanya di lini pertahanan mereka sendiri. [Lihat chalkboard passing Intermilan di bawah]


Memasuki rentang periode 16-30 menit, Lazio mulai memanfaatkan kelemahan fullback kanan Inter. Sama seperti Pereira, Jonathan juga selalu telat bertahan setelah membantu menyerang. Karenanya di menit 16 - 30 Lazio selalu mengeksploitir serangan dari sisi ini melalui duet Lullic-Hernanez. Kelemahan ini tak mampu ditambal oleh Cambiasso yang posisinya memang mundur ke tengah sebagai DM menutup pergerakan Klose.

Lima gol yang dicetak Klose saat melawan Bologna, membuat ia mendapat pengawalan ketat dari barisan pertahanan Inter. Paham akan kondisi ini, Petkovic menarik Klose ke posisi tengah dan membiarkan Floccari menjadi target man sendirian di depan. Otomatis untuk mengawal Klose, Cambiasso-lah diberi titah oleh Strama.

Saat menerima serangan balik Inter terlihat selalu kerepotan. Selain duo fullback, dua pemain tengah mereka yaitu Kuzmanovic dan Kovacic pun selalu enggan mundur ke belakang. Di menit-menit akhir babak pertama dan pertengahan babak kedua, Lazio mampu beberapa kali mengontrol bola secara bebas di area kotak pinalti Inter. Jarak antara bek dan tengah yang terlalu renggang berhasil dimanfaatkan dengan serangan balik yang berakhir dengan hadiah pinalti.

Kesimpulan

Badai cedera yang menimpa Inter Milan, terutama di lini depan, memaksa Stramaccioni untuk memainkan beberapa pemain bukan pada posisi terbaiknya dalam formasi 4-2-3-1. Lazio memanfaatkan hal ini, selain juga karena terlambatnya Pereira serta Jonathan dalam bertahan setelah membantu serangan. Dua dari tiga gol yang dicetak Lazio pun berasal dari serangan yang dibangun dari sayap kiri. 

Dengan hasil ini, Inter tertambat di urutan ke-8 klasemen sementara, dan Lazio naik ke peringkat-6. Raihan ini sebenarnya membuat peluang Lazio untuk lolos ke babak Eropa masih terbuka. Dengan poin berjumlah 58, Klose dkk masih bersaing dengan rival sekota, AS Roma (58 poin), dan Udinese (60 poin) untuk berebut dua jatah ke Liga Europa.
@detik.com
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

About the Author Muhammad Afdhal

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

No comments

Leave a Reply

Streaming

video

Sepak Bola

INTER Dalam Sejarah

Artikel Bebas