maap gan klo sebelumnya ane
Bangsa serumpun!
Ungkapan ini selalu disebut oleh orang Malaysia baik pejabat maupun rakyat biasa. Di acara hiburan TVRI tempo dulu, TITIAN MUHIBAH SENADA SEIRAMA, "bangsa serumpun", "saudara serumpun" selalu didengung-dengungkan oleh pihak Malaysia. Kita, karena itu, sering terlena oleh rayuan manis orang-orang Melayu di Semenanjung Malaysia itu.
"Tak usah marah lah, kite kan bangsa serumpun," begitu kira-kira rayuan encik-encik di Malaysia ketika orang Indonesia protes klaim seni budaya atau pulau-pulau kecil di perbatasan. Atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang disiksa di luar batas perikemanusiaan.
"Tak apalah TKI didera, toh kita saudara serumpun?" Gila!!!
Saya sudah lama, sejak mahasiswa, menolak klaim BANGSA SERUMPUN ini. Apanya yang serumpun? Orang Malaysia rupanya banyak yang tidak tahu bahwa bangsa Indonesia yang 220 juta lebih ini terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya, dan kekhasan lain. Indonesia begitu luas.
Benar, bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Melayu, tapi orang Indonesia bukan hanya Melayu. Melayu hanyalah salah satu etnis dari sekian ribu etnis yang hidup di Indonesia. Orang Jawa memang mayoritas dan punya peran paling menonjol di Indonesia. Tapi salah kalau dikatakan bangsa Indonesia itu = Jawa.
Orang Jawa berbeda dengan orang Melayu, Sunda, Madura, Dayak, Bali, Timor, Flores, Papua, Makassar, Maluku, dan sebagainya. Kalau dibilang orang Melayu Malaysia itu serumpun dengan suku Melayu di Sumatera, Indonesia, 100 persen benar. Tapi, kalau bangsa Indonesia bangsa serumpun dengan Malaysia, jelas keliru. Sekali lagi, Malaysia dan Indonesia bukan bangsa serumpun!
Jauh sebelum merdeka, 17 Agustus 1945, Indonesia sudah menjalani proses pembentukan bangsa, nation building. Dan proses ini terus berlangsung sampai kapan pun. Para pendiri negara sepakat bahwa Indonesia itu bhinneka tunggal ika, berbeda-beda etnis, ras, agama, bahasa, budaya, dan sebagainya, tetapi satu. Presiden Soekarno dan para bapak bangsa berjasa besar dalam proses pembentukan bangsa ini.
Malaysia tentu saja punya sejarah yang berbeda. Dan itu kita hargai. Politik Malaysia menempatkan etnis Melayu sebagai penguasa. Punya supremasi politik atas etnis India dan Tionghoa. Padahal, setahu saya etnis Melayu tak sampai 70 persen. Melayu di atas segalanya di Malaysia. India dan Tionghoa jadi warga negara kelas dua atau kelas delapan? Hmmm... begitulah konsekuensi politik ketika politik perkauman menjadi platform negara tetangga itu.
Apakah etnis India dan Tionghoa (China) di Malaysia juga dianggap "bangsa serumpun"? Kan sama-sama rakyat Malaysia? Naga-naganya, saudara-saudara kita yang Melayu merasa punya "jarak" yang politik dan budaya yang jauh dengan Tionghoa dan India. Belum lagi perbedaan agama. Maka, encik-encik Melayu ini berpaling ke Indonesia untuk mencari teman.
"Bangsa Indonesia saudara serumpun," kata orang Malaysia yang Melayu berbusa-busa. Kita sering terlena oleh pernyataan "bangsa serumpun" yang salah kaprah itu.
Dalam sebuah dialog di televisi, ANTV, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Yusron Ihza Mahendra, yang mengaku keturunan Johor, Malaysia, mengingatkan bahwa konsep supremasi Melayu di Malaysia sejatinya satu paket dengan agama Islam. MELAYU dan ISLAM! Keduanya tak bisa dipisahkan dari perpolitikan di negara tetangga itu.
Jikapun Anda beragama Islam, tapi bukan Melayu, silakan minggir. Muslim Tionghoa atau orang India yang muslim, meskipun warga negara Malaysia, sudah turun-temurun tinggal di Malaysia, ya, no way! Karena itu, sangat lucu ketika orang Malaysia mengklaim tari pendet asal Bali, Indonesia, yang terkait erat dengan agama Hindu.
"Logikanya di mana? Saya tidak paham," kata Yusron.
Yah, memang tidak logis. Logikanya tidak jalan. Sama dengan ketika Malaysia mengklaim reog ponorogo yang sangat kental dengan budaya Jawa pra-Islam di Jawa Timur. Logika "bangsa serumpun" sehingga seni budayanya tumpah tindih menjadi sangat absurd. Jadi bahan tertawaan orang.
Logika "bangsa serumpun" akan jalan manakala Malaysia mengklaim kebudayaan Melayu di Riau, Sumatera Barat, atau Aceh. Kok tidak mengklaim budaya Asmat di Papua? Hahaha....
Kita perlu berhati-hati dengan klaim "bangsa serumpun" dan klaim-klaim lain yang niscaya akan terus dilakukan Malaysia yang sedang dilanda krisis kebudayaan yang luar biasa. Itu bisa dibaca sebagai siasat Melayu Malaysia untuk memecah bangsa Indonesia yang berbineka tunggal ika.
Sumber: http://hurek.blogspot.com/2009/09/malaysia-bukan-bangsa-serumpun.html
SEMOGA INFO INI MEMBUAT AGAN2 TIDAK LAGI MENGGANGAP MALAYSIA SEBAGAI SAUDARA SERUMPUN. APALAGI SEJAK PERTANDINGAN PIALA AFF DI BUKIT JAHIL MALINGASIA !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bangsa serumpun!
Ungkapan ini selalu disebut oleh orang Malaysia baik pejabat maupun rakyat biasa. Di acara hiburan TVRI tempo dulu, TITIAN MUHIBAH SENADA SEIRAMA, "bangsa serumpun", "saudara serumpun" selalu didengung-dengungkan oleh pihak Malaysia. Kita, karena itu, sering terlena oleh rayuan manis orang-orang Melayu di Semenanjung Malaysia itu.
"Tak usah marah lah, kite kan bangsa serumpun," begitu kira-kira rayuan encik-encik di Malaysia ketika orang Indonesia protes klaim seni budaya atau pulau-pulau kecil di perbatasan. Atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang disiksa di luar batas perikemanusiaan.
"Tak apalah TKI didera, toh kita saudara serumpun?" Gila!!!
Saya sudah lama, sejak mahasiswa, menolak klaim BANGSA SERUMPUN ini. Apanya yang serumpun? Orang Malaysia rupanya banyak yang tidak tahu bahwa bangsa Indonesia yang 220 juta lebih ini terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya, dan kekhasan lain. Indonesia begitu luas.
Benar, bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Melayu, tapi orang Indonesia bukan hanya Melayu. Melayu hanyalah salah satu etnis dari sekian ribu etnis yang hidup di Indonesia. Orang Jawa memang mayoritas dan punya peran paling menonjol di Indonesia. Tapi salah kalau dikatakan bangsa Indonesia itu = Jawa.
Orang Jawa berbeda dengan orang Melayu, Sunda, Madura, Dayak, Bali, Timor, Flores, Papua, Makassar, Maluku, dan sebagainya. Kalau dibilang orang Melayu Malaysia itu serumpun dengan suku Melayu di Sumatera, Indonesia, 100 persen benar. Tapi, kalau bangsa Indonesia bangsa serumpun dengan Malaysia, jelas keliru. Sekali lagi, Malaysia dan Indonesia bukan bangsa serumpun!
Jauh sebelum merdeka, 17 Agustus 1945, Indonesia sudah menjalani proses pembentukan bangsa, nation building. Dan proses ini terus berlangsung sampai kapan pun. Para pendiri negara sepakat bahwa Indonesia itu bhinneka tunggal ika, berbeda-beda etnis, ras, agama, bahasa, budaya, dan sebagainya, tetapi satu. Presiden Soekarno dan para bapak bangsa berjasa besar dalam proses pembentukan bangsa ini.
Malaysia tentu saja punya sejarah yang berbeda. Dan itu kita hargai. Politik Malaysia menempatkan etnis Melayu sebagai penguasa. Punya supremasi politik atas etnis India dan Tionghoa. Padahal, setahu saya etnis Melayu tak sampai 70 persen. Melayu di atas segalanya di Malaysia. India dan Tionghoa jadi warga negara kelas dua atau kelas delapan? Hmmm... begitulah konsekuensi politik ketika politik perkauman menjadi platform negara tetangga itu.
Apakah etnis India dan Tionghoa (China) di Malaysia juga dianggap "bangsa serumpun"? Kan sama-sama rakyat Malaysia? Naga-naganya, saudara-saudara kita yang Melayu merasa punya "jarak" yang politik dan budaya yang jauh dengan Tionghoa dan India. Belum lagi perbedaan agama. Maka, encik-encik Melayu ini berpaling ke Indonesia untuk mencari teman.
"Bangsa Indonesia saudara serumpun," kata orang Malaysia yang Melayu berbusa-busa. Kita sering terlena oleh pernyataan "bangsa serumpun" yang salah kaprah itu.
Dalam sebuah dialog di televisi, ANTV, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Yusron Ihza Mahendra, yang mengaku keturunan Johor, Malaysia, mengingatkan bahwa konsep supremasi Melayu di Malaysia sejatinya satu paket dengan agama Islam. MELAYU dan ISLAM! Keduanya tak bisa dipisahkan dari perpolitikan di negara tetangga itu.
Jikapun Anda beragama Islam, tapi bukan Melayu, silakan minggir. Muslim Tionghoa atau orang India yang muslim, meskipun warga negara Malaysia, sudah turun-temurun tinggal di Malaysia, ya, no way! Karena itu, sangat lucu ketika orang Malaysia mengklaim tari pendet asal Bali, Indonesia, yang terkait erat dengan agama Hindu.
"Logikanya di mana? Saya tidak paham," kata Yusron.
Yah, memang tidak logis. Logikanya tidak jalan. Sama dengan ketika Malaysia mengklaim reog ponorogo yang sangat kental dengan budaya Jawa pra-Islam di Jawa Timur. Logika "bangsa serumpun" sehingga seni budayanya tumpah tindih menjadi sangat absurd. Jadi bahan tertawaan orang.
Logika "bangsa serumpun" akan jalan manakala Malaysia mengklaim kebudayaan Melayu di Riau, Sumatera Barat, atau Aceh. Kok tidak mengklaim budaya Asmat di Papua? Hahaha....
Kita perlu berhati-hati dengan klaim "bangsa serumpun" dan klaim-klaim lain yang niscaya akan terus dilakukan Malaysia yang sedang dilanda krisis kebudayaan yang luar biasa. Itu bisa dibaca sebagai siasat Melayu Malaysia untuk memecah bangsa Indonesia yang berbineka tunggal ika.
Sumber: http://hurek.blogspot.com/2009/09/malaysia-bukan-bangsa-serumpun.html
SEMOGA INFO INI MEMBUAT AGAN2 TIDAK LAGI MENGGANGAP MALAYSIA SEBAGAI SAUDARA SERUMPUN. APALAGI SEJAK PERTANDINGAN PIALA AFF DI BUKIT JAHIL MALINGASIA !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
No comments